Pendahuluan
Pesatnya
perkembangan teknologi informasi telah memunculkan berbagai kebutuhan baru. Perubahan yang berjalan cepat dan sulit
diramalkan menimbulkan lahirnya inovasi-inovasi untuk mengimbangi pergerakan tersebut. Perpustakaan
sebagai penyedia layanan jasa informasi
berada pada posisi transisi antara perpustakaan tradisional dan perpustakaan
digital/elektronik. Sebagaimana suatu
lembaga social yang diadakan untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat,
maka perpustakaan terikat pada hukum supply and demand. Perpustakaan akan
ditinggal penggunanya jika dianggap tidak dapat mengakomodir permintaan yang
dibutuhkan.
Jika
perpustakaan dikelola hanya sebatas memenuhi standar administrasi perpustakaan
serta melengkapi suatu institusi pendidikan tanpa adanya budaya organisasi
serta manajemen yang konstruktif dan inovatif, maka perpustakaan tidak akan
bertahan dari gempuran informasi dan teknologi komunikasi. Artinya adaptasi
pada budaya organisasi yang semakin maju dengan mempertimbangkan aspirasi
seluruh komponen yang dimiliki mutlak diperlukan.
Kurangnya
keterlibatan profesional informasi dalam system manajemen perpustakaan adalah kenyataan bahwa system manajemen yang
dibentuk hampir selalu digerakkan oleh
sebuah tim perencanaan strategis yang beranggotakan anggota-anggota senior,
sementara pustakawan tidak dilibatkan karena kedudukan mereka dianggap tidak
langsung behubungan dengan strategi organisasi. Ini adalah masalah yang banyak
dihadapi oleh perpustakaan perguruan tinggi. Akibatnya adalah kurang sejalannya
penentuan visi dan misi terkait dengan
manajemen pengelolaan yang inovatif di lapangan.
Manajemen yang bisa menangani inovasi
adalah manajemen yang punya inisiatif, bukan manajemen yang statis. Manajemen
statis adalah manajemen yang lebih sering merespon dengan ‘tidak’ dan mencari aman daripada membuat suatu pembaharuan inovatif
dengan segala resiko kegagalannya. Manajemen inovatif adalah pilihan akhir
untuk dapat bertahan bahkan memiliki peluang menjadi komandan perubahan
memimpin para inovator.
Rumusan Masalah
Bagaimana
menciptakan model perpustakaan berbasis manajemen SDM inovatif agar dapat menarik minat
pemustaka?
Landasan Teori
Perpustakaan Perguruan Tinggi
merupakan Unit Pelayanan Teknis (UPT) perguruan tinggi, yang bersama-sama
dengan unit lain turut melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan cara
memilih, menghimpun, mengolah, merawat serta melayani sumber informasi kepada
lembaga induknya pada khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya. Tujuan
dari perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai penyedia jasa jasa pelayanan
informasi yang meliputi pengumpulan, pelestarian, pengolahan, pemanfaatan dan
penyebaran informasi sehingga dapat dimanfaatkan pengguna, menyediakan
fasilitas yang mendukung dalam memenuhi kebutuhan informasi civitas akademika,
pemberian berbagai jasa informasi serta pengembangan mutu perguruan tinggi pada
tempatnya bernaung.
Menurut
Sulistyo-Basuki (1993 : 52) tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah:[1]
1.
Memenuhi
keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi , lazimnya staf pengajar dan
mahasiswa.
2.
Menyediakan
bahan pustaka (referensi) pada semua tingkatan akademis.
3.
Menyediakan
ruangan belajar bagi pemakai perpustakaan.
4.
Menyediakan
jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pemakai.
5.
Menyediakan
jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan perguruan tinggi
juga.
Agar tujuannya dapat terlaksana, perpustakaan perguruan tinggi
harus menjalankan fungsinya dengan baik.
Adapun fungsi perpustakaan
perguruan tinggi menurut
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Adalah sebagai berikut:[2]
1. Fungsi Edukasi
Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu
koleksi yang disediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian tujuan
pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi
tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi
pembelajaran.
2. Fungsi Informasi Perpustakaan merupakan sumber
informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.
3. Fungsi Riset Perpustakaan mempersembahkan
bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk
melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi adalah
menghasilkan karya-karya penelitian yang dapat di aplikasikan untuk kepentingan
pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.
4. Fungsi Rekreasi,
Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun
dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.
5. Fungsi Publikasi
Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan
oleh warga erguruan tingginya yakni sivitas akademika dan staf non-akademik.
6. Fungsi Deposit
Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang
dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.
7. Fungsi
Interpretasi Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan
nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu
pengguna dalam melakukan dharmanya.
Untuk
mencapai fungsi di atas maka diperlukan
system manajemen. Manajemen adalah
kebutuhan pokok sebagai salah satu syarat pendirian perpustakaan, karena
minimal berfungsi sebagai perencana (planning), pengorganisaasian (organizing),
pengawasan (controlling). Undang-undang Nomor 43 tahun 2007 pasal 15 ayat 3
menyebutkan: Pembentukan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 paling
sedikit memenuhi syarat: Memiliki koleksi perpustakaan, Memiliki tenaga
perpustakaan, Memiliki sarana dan prasarana perpustakaan, Memiliki sumber
pendanaan; dan Memberitahukan keberadaannya ke perpustakaan nasional.
Perpustakaan
sebagai lembaga non-profit yang berbasis layanan perlu menerapkan model
manajemen yang dinamis dan inovatif. Jika perangkat dan system manajemen
semakin modern tanpa didahului dengan modernisasi SDM yang menggerakan
perangkat dan system yang sesuai dengan karakter budaya manusia dan
teknologinya. Maka akan terjadi ketimpangan proses yang berakibat pada mundurnya system layanan dan
sirkulasi.
Adanya perkembangan teknologi informasi (TI) membawa dampak tersendiri
bagi perpustakaan. Perpustakaan perguruan tinggi saat ini secara tidak sadar
telah mengembangkan sebuah konsep perpustakaan hybrid.
Pengertian perpustakaan Hybrid
ini sendiri adalah seperti yang dikemukakan oleh Angelina Hutton dalam the
Hybrid Library.
[3]
“A hybrid library is a library where
'new' electronic information resources and 'traditional' hardcopy resources
co-exist and are brought together in an integrated information service,
accessed via electronic gateways available both on-site, like a traditional
library, and remotely via the Internet or local computer networks.”
Atau seperti yang
disampaikan Stephen Pinfiel:[4]
“A hybrid library is not just a
traditional library (only containing paper-based resources) or just a virtual
library (only containing electronic resources), but somewhere between the two.
It is a library which brings together a range of different information sources,
printed and electronic, local and remote, in a seamless way.”
Dari pengertian di atas
dapat dilihat bahwa yang dimaksud dengan perpustakaan “hybrid” adalah merupakan
bentuk perpaduan antara perpustakaan tradisional dan perpustakaan
digital/elektronik.
Perpustakaan
perguruan tinggi ke depan pada intinya harus dapat menjawab tantangan perubahan
paradigma informasi. Perpustakaan harus dapat memberikan ruang akses yang lebih
baik kepada sumber dayanya, penggunanya, dan layanannya.
Oleh
karenanya manajemen perpustakaan dituntut untuk lebih berorientasi pada inovasi
layanan dan peningkatan kualitas layanan yang berbasis kepuasan pengunjung.
Perubahan dan perbaikan secara terus menerus pada system manajemen SDM (Sumber
Daya Manusia) perpustakaan menjadi kebutuhan mutlak untuk menghadapi problem
manajemen perpustakaan yang semakin kompleks. [5]
Manajemen SDM adalah suatu proses menangani berbagai masalah
pada ruang lingkup karyawan, dan tenaga
kerja lainnya untuk dapat menunjang aktifitas organisasi atau perusahaan demi
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Manajemen sumber daya manusia juga
menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan,
pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja, kompensasi
karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik. Manajemen sumber daya manusia
melibatkan semua keputusan dan praktik manajemen yang memengaruhi secara
langsung sumber daya manusianya[6]
Manajemen
SDM adalah faktor sentral dalam suatu organisasi. Apapun bentuk serta
tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan
manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Jadi,
manusia merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan institusi/organisasi.
Untuk mencapai visi, misi, dan tujuan tersebut tentu manusia tersebut harus mempunyai
nilai kompetensi karakteristik yaitu:
1. Motif (motive), apa yang secara konsisten
dipikirkan atau keinginan-keinginan yang menyebabkan melakukan tindakan. Apa
yang mendorong, perilaku yang mengarah dan dipilih terhadap kegiatan atau
tujuan tertentu.
2. Sifat/ciri bawaan (trait), ciri fisik dan
reaksi-reaksi yang bersifat konsisten terhadap situasi atau informasi.
3. Konsep diri (self concept), sikap, nilai dari
orang-orang.
4. Pengetahuan
(knowledge), yaitu suatu informasi yang dimiliki seseorang pada bidang yang
spesifik. Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks. Biasanya tes
pengetahuan mengukur kemampuan untuk memilih jawaban yang paling benar, tapi
tidak bisa melihat apakah seseorang dapat melakukan pekerjaan berdasarkan
pengetahuan yang dimilikinya itu.
5. Keterampilan
(skill), kemampuan untuk mampu melaksanakan tugas-tugas fisik dan mental
tertentu.
Walaupun demikian agar peran sumber daya manusia tersebut dapat sinkron dengan visi, misi, tujuan dan harapan organisasi maka manusia sebagai selah satu sumber daya harus dapat melakukan penyesuaian terhadap perkembangan organisasi yang semakin kompetitive.
Walaupun demikian agar peran sumber daya manusia tersebut dapat sinkron dengan visi, misi, tujuan dan harapan organisasi maka manusia sebagai selah satu sumber daya harus dapat melakukan penyesuaian terhadap perkembangan organisasi yang semakin kompetitive.
Untuk
mencapai keunggulan kompetitif dari system manajemen adalah dengan menerapkan
berbagai inovasi. Inovasi
dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang
digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan.
Inovasi
adalah suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah
dikenal sebelumnya. orang atau wirausahawan yang slalu berinovasi, maka ia
sapat dikatakan sebagai seorang wirausahwan yang inovatif. seseorang yang
inovatif akan selalu berupaya melakukan perbaikan, menyajikan sesuatu yang
baru/unik yang berbeda dengan yang sudah ada.[7]
UU No. 18
tahun 2002 tentang system nasional penelitian,pengembangan dan penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi memberikan pengertian Inovasi sebagai kegiatan penelitian,
pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan
praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau
proses produksi.[8]
Beberapa
ahli juga memberikan devinisi inovasi
sebagai berikut :
1.
Pengertian Inovasi menurut Everett M. Rogers
Mendefisisikan bahwa inovasi adalah
suatu ide, gagasan, praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai
suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
2.
Pengertian Inovasi menurut Stephen Robbins
Mendefinisikan, inovasi sebagai
suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu
produk atau proses dan jasa.
3.
Pengertian Inovasi menurut Van de Ven, Andrew H
Inovasi adalah pengembangan dan implementasi gagasan-gagasan baru oleh
orang dimana dalam jangka waktu tertentu melakukan transaksi-transaksi dengan
orang lain dalam suatu tatanan organisasi.
4.
Pengertian Inovasi menurut Kuniyoshi Urabe
Inovasi bukan merupakan kegiatan satu kali pukul (one time phenomenon),melainkan
suatu proses yang panjang dan kumulatif yang meliputi banyak proses
pengambilan keputusan di dan oleh
organisasi dari mulai penemuan gagasan sampai
implementasinya di pasar.
Sistem inovasi pada dasarnya merupakan sistem (suatu kesatuan) yang terdiri dari
sehimpunan aktor, kelembagaan, jaringan, kemitraan, hubungan interaksi dan
proses produktif yang memengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan
praktik baik/terbaik) serta proses pembelajaran. Dengan demikian sistem inovasi sebenarnya mencakup basis ilmu pengetahuan dan teknologi
(termasuk di dalamnya aktivitas pendidikan,
aktivitas penelitian dan
pengembangan, dan rekayasa), basis
produksi
(meliputi aktivitas-aktivitas nilai tambah bagi pemenuhan kebutuhan bisnis dan non bisnis serta masyarakat umum),
dan pemanfaatan dan difusinya dalam masyarakat serta proses pembelajaran
yang berkembang.
Terkait
system inovasi, beberapa ahli memberikan pengertiannya masing-masing sebagai
berikut :
1.
Freeman
(1987): sistem inovasi adalah jaringan lembaga di sektor publik dan swasta yang
interaksinya memprakarsai, mengimpor (mendatangkan), memodifikasi dan mendifusikan
teknologi-teknologi baru (Freeman dalam Technology and Economic Performance:
Lessons from Japan ;
Metcalfe dalam Stoneman P. (ed), “Handbook of the Economics of Innovation and
Technological Change.” [9]
2.
Lundvall
(1992): sistem inovasi merupakan elemen dan hubungan-hubungan yang berinteraksi
dalam menghasilkan, mendifusikan dan menggunakan pengetahuan yang baru dan
bermanfaat secara ekonomi . . . . suatu sistem nasional yang mencakup
elemen-elemen dan hubungan-hubungan bertempat atau berakar di dalam suatu batas
negara. Pada bagian lain ia juga menyampaikan bahwa sistem inovasi merupakan
suatu sistem sosial di mana pembelajaran (learning), pencarian (searching), dan
penggalian/eksplorasi (exploring) merupakan aktivitas sentral, yang melibatkan
interaksi antara orang/masyarakat dan reproduksi dari pengetahuan individual
ataupun kolektif melalui pengingatan (remembering).[10]
3.
Nelson
dan Rosenberg
(1993): Sistem inovasi merupakan sehimpunan aktor yang secara bersama memainkan
peran penting dalam memengaruhi kinerja inovatif (innovative performance).[11]
4.
OECD
(1999): sistem inovasi merupakan himpunan lembaga-lembaga pasar dan non-pasar
di suatu negara yang memengaruhi arah dan kecepatan inovasi dan difusi
teknologi.[12]
5.
Edquist
(2001): Sistem inovasi merupakan keseluruhan faktor ekonomi, sosial, politik,
organisasional dan faktor lainnya yang memengaruhi pengembangan, difusi dan
penggunaan inovasi. Jadi, sistem inovasi pada dasarnya menyangkut determinan
dari inovasi.[13]
Keseluruhan pendapat para
ahli tersebut pada prinsipnya mengartikan system inovasi sebagai antitesa
terhadap segala hal yang baru atau pembaharuan dalam system sosial.
Pembahasan
Inovasi sesungguhnya terletak pada
manajemen, dan bukan pada unit kerja teknis. Sebuah organisasi, walau punya SDM
berkualitas dan berkarakter inovatif, tapi bila core management-nya
pasif, tidak akan
pernah menelurkan inovasi lebih daripada sekedar omongan. Kepasifan adalah ketidakmampuan belajar, dan itu
adalah pembunuh inovasi.
Perkembangan teknologi dan arus informasi
yang pesat menjadi tantangan bagi dunia perpustakaan. Sebagai formula untuk
menjawab tantangan tersebut adalah dengan melakukan inovasi yang mengadopsi
dari system dunia usaha. Perbedaan secara tegas memang terletak pada
tujuan pembentukannya. Institusi pada dunia usaha berlandaskan pada tujuan
mencari profit berupa penumpukan kapital. Sedangkan perpustakaan adalah
insitusi non profit dengan orientasi kepuasan pelayanan publik. Namun
penggunaan cara dari institusi enterpreneuship berorientasi profit tetap dapat
di adopsi. Telah menjadi
fakta empirik bersama bahwa institusi berorientasi profit lebih sering memunculkan ide-ide segar dan baru. Lebih kreatif, inovatif dan visioner. Karena
memang institusi tersebut dituntut oleh keadaan untuk survive. Jika mereka
tidak inovatif dan tidak memiliki keunggulan kompetitif maka dapat dipastikan
tidak membutuhkan waktu lama untuk hilang dari peredaran.
Organisasi
profit menempatkan SDM sebagai senjata andalan bagi sistem manajemennya. SDM
adalah Thing tank-nya. Pada institusi perpustakaan dengan model organisasi
profit oriented, Sistem manajemennya haruslah berdasarkan pada paradigma
manajemen inovatif. setiap
komponen pengelolaan perpustakaan dan komunitas pustakawan ditempatkan
sebagai asset berharga
yang memerlukan optimalisasi dan distribusi potensi yang dimiliki, sehingga
menjadi sekumpulan pasukan inovator dalam suatu sistem bernama perpustakaan.
Jika
paradigma manajemen inovatif menjadi karakter dari sebuah organisasi maka suatu
institusi seakan dipenuhi
dengan budaya inovator,
sehingga suasana kerja yang tercipta adalah tim kerja yang bergerak dengan
cepat. Merespon setiap perubahan dan perkembangan dengan gagasan yang menelurkan progress demi progress,
tanpa membuang waktu untuk debat kusir dan kerumitan birokrasi. Pada titik inilah manajemen mengambil
perannya. Menjadi mediasi dan motivasi bagi jajaran inovator didalamnya. Hanya manajemen yang inovatif yang mempunyai keberanian untuk
memimpin para inovator.
Manajemen
Sumber Daya Manusia adalah inti dari manajemen inovatif. Ada beberapa alasan mengapa perpustakaan perguruan
tinggi sebagai lembaga
non-profit yang berbasis layanan perlu menerapkan model manajemen inovatif. Pertama, Perpustakaan adalah mata
rantai keilmuan yang berada di jalur lintasan para akademisi selaku agen perubahan sosial yang bersifat dinamis dan cepat beradaptasi
dengan teknologi masa kini. Jika sistem manajemen dan SDM pengelolanya
tidak terupdate dengan
perkembangan maka akan terlihat sebagai ketimpangan sistem yang
terlembaga. Kedua, asset
perpustakaan yang sebenarnya adalah berupa SDM yang potensial dan masih segar
sehingga memiliki peluang dan kesempatan luas untuk perubahan yang lebih
revolusioner. Manajemen SDM inovatif menempatkan ide, gagasan dan kontribusi setiap orang
menjadi istimewa, berharga dan penting sehingga kunci pokok dalam perubahan
layanan perpustakaan adalah pemberian kesempatan secara luas kepada setiap
elemen pengelola untuk menyumbangkan ide, saran dan kritik konstruktif untuk
semua kemungkinan perbaikan layanan perpustakaan agar lebih maju, responsif dan
dinamis. Ketiga, Perpustakaan merupakan institusi jasa yang berkaitan dengan
kepuasan pengunjung dan emosi orang. Kecepatan dan ketepatan layanan petugas
perpustakaan akan menjadi jaminan kepuasan pengunjung. Keempat, goal manajemen perpustakaan lebih berorientasi pada
inovasi layanan dan peningkatan kualitas layanan yang berbasis kepuasan
pengunjung. Perubahan dan perbaikan secara terus menerus pada SDM perpustakaan
baik pustakawan dan pengelola perpustakaan akan menjadi kebutuhan mutlak untuk
menghadapi problem manajemen perpustakaan yang semakin kompleks.
Untuk menciptakan model perpustakaan berbasis manajemen SDM yang inovatif maka perlu
diketahui beberapa kendala klasik yang terjadi di suatu perpustakaan, sebagai
berikut :
1. Suasana yang kurang nyaman.
2. Desain ruangan, tata letak ruang dan
furniture tidak menarik.
3. kurangnya fasilitas pendukung
4. Tidak
tersedianya jaringan internet, jikapun tersedia kapasitasnya kecil dan lambat
5. Informasi kurang up to date, kurang lengkap atau
minimnya referensi alternative
6. Minimnya sumber Informasi Alternatif berbasis Teknologi
7. Pengelola yang kurang interaktif dan lambat
8. Minimnya
kegiatan
9. Kurangnya publikasi terhadap keunggulan dan
keistimewaan perpustakaan
10. Kurangnya inovasi-inovasi cemerlang untuk membuat
perpustakaan menjadi lebih inovatif
11. Minimnya kerjasama dengan lembaga
terkait.
Kendala-kendala
klasik di atas selanjutnya di follow up melalui tahap-tahap sebegai berikut:[14]
1. Tahapan pertama:
Rumuskan kondisi inovatif seperti apa yang harus dicapai.
2. Tahapan kedua:
kemukakan kondisi yang diinginkan dalam rapat koordinasi, guna menampung
aspirasi/ masukan mengenai faktor-faktor pen-dukung yang akan dapat memberikan
kekuatan. untuk dapat dilaksanakan, sebagai-mana kondisi yang diharapkan.
3. Tahap ketiga :
tentukan tindakan apa saja yang sangat strategis, yang benar-benar dapat
mendukung terwujudnya kondisi yang diinginkan.
4. Tahap keempat:
stakeholder (pihak- pihak yang berpengaruh dalam merealisasi pelaksanaan
kegiatan).
5. Tahap kelima:
susun rancangan kegiatan untuk masing-masing strategi dan factor pendukung
dalam bentuk matrik. dalam matrik (memuat unsur-unsur kegiatan yang akan
dilakukan, sumber-sumber yang diperlukan (unsur -unsur manajemen: man, money,
machine), serta pihak-pihak mana saja.
6. Tahap keenam: apa
yang tergambar dalam tahap kelima, dituangkan bentuk narasi dalam ”proposal
rancangan penyusunan kebijakan”, bagian pertama berisikan kebijakan yang
diinginkan (tujuan ideal)/ dilator belakangi gambaran kondisi sekarang); lanjut
bagian kedua berisikan (faktor-faktor pendukung); ketiga strategi dari setiap
faKtor pendukung; keempat pihak-pihak yang terkait dan peran masing-masing.
Melalui tahapan di atas maka dapat dipaparkan inovasi-inovasi
dengan contoh antitesa semisal;
- Penciptaan suasana nyaman
Penciptaan suasana nyaman tidak hanya sekedar penitikberatan terhadap kebersihan seluruh fasilitas dan ruangan (termasuk WC) karena hal itu sudah menjadi keharusan, tetapi inovasi kebijakan pengaturan arus
pengunjung, kenyamanan aliran udara, aroma ruangan, alunan instrumental, penerangan, dan dekorasi penambahan
aksen natural.
- Desain ruangan, tata letak ruang dan
furniture
Berbagai penelitian
membuktikan bahwa bentuk ruangan, tata letak, model furniture sangat
mempengaruhi kondisi internal manusia dalam proses transformasi informasi
-
Pelaksanaan
berbagai kegiatan
Penekanan pada sisi
edukatif untuk menambah pengetahuan dan informasi seperti Bedah film, novel dan
kumpulan cerpen, layanan internet 24 jam free hotspot, fasilitas televisi kabel
berbasis satelit, ruang koleksi film-film berbasis edukatif, serta aneka
hiburan multimedia bernilai edukatif.
-
Kerjasama
dengan lembaga-lembaga terkait
Menjalin kerja sama dengan
penerbit, Koran lokal, hotel atau tempat wisata setempat untuk membuat format
acara temu bareng, pameran buku, festival baca buku, lomba-lomba baca buku,
baca puisi dan bulan sastra, pencanangan bulan-bulan tertentu sebagai tema perpustakaan
seperti bulan sastra, bulan budaya dan bulan fiksi ilmiah dan penghargaan
pengunjung setia award pada akhir tahun.
Semua
program contoh di atas dimungkinkan
dapat dilaksanakan secara produktif dan profesional jika setiap komponen
pengelola perpustakaan cerdas, kreatif dan jeli melihat peluang bisnis atau
event yang dapat mengundang pengunjung atau masyarakat yang tertarik dengan
acara-acara perpustakaan yang unik dan menarik minat mereka.
Penutup
Jika suatu kondisi
yang diinginkan telah ditentukan dalam perumusan kebijaksanaan, kemungkinan
dalam rapat koordinasi akan ditentukan beberapa faktor pendukung yang akan
dapat memberikan dukungan atas terlaksananya
kondisi ideal tersebut.
Perubahan
tidak bisa di cegah. Dalam waktu ke depan perpustakaan akan melalukan
transformasi sesuai perkembangan jaman. Keberadaan teknologi akan mendorong
akses dan diseminasi konten. Akan terus terjadi perubahan yang sedemikian
banyaknya sama halnya dengan perubahan yang telah terjadi dan ini akan berlangsung
dengan cepat dan tanpa dapat diprediksi. Di abad ini dimana informasi yang
melimpah ruah, maka strategi paling tepat bagi perpustakaan adalah melakukan
inovasi untuk memahami perkembangan jaman.
[1] Sulistyo-Basuki. 1993. Penghantar
Ilmu perpustakaan, Jakarta
: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 52.
[2] Depdikbud. 2004. Perpustakaan
Perguruan Tinggi: buku pedoman. Jakarta
: Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Universitas, hlm. 3.
[3] http://hylife.unn.ac.uk/toolkit/The_hybrid_library.html
diakses 2 Januari 2014.
[6] Henry
Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, 2006, hlm. 5
[7] Angga Kuswara,
Pengertian Inovasi,
http://prop-usaha.blogspot.com/2011/06/pengertian-inovasi.html
[8] Pengertian Inovasi menurut para ahli
[10] Lundvall (1992): sistem inovasi merupakan elemen dan
hubungan-hubungan yang berinteraksi dalam menghasilkan, mendifusikan dan
menggunakan pengetahuan yang baru dan bermanfaat secara ekonomi . . . . suatu
sistem nasional yang mencakup elemen-elemen dan hubungan-hubungan bertempat
atau berakar di dalam suatu batas negara. Pada bagian lain ia juga menyampaikan
bahwa sistem inovasi merupakan suatu sistem sosial di mana pembelajaran
(learning), pencarian (searching), dan penggalian/eksplorasi (exploring)
merupakan aktivitas sentral, yang melibatkan interaksi antara orang/masyarakat
dan reproduksi dari pengetahuan individual ataupun kolektif melalui pengingatan
(remembering).
[11] Nelson, R., (ed). (1993). National Innovation Systems:
A Comparative Analysis. New York (NY): Oxford University
Press.
[12] OECD. (1999). Managing
National Innovation Systems. Organisation for Economic Co-operation and
Development (OECD). 1999.
[14] THOHA, Miftah, Perilaku organisasi: konsep
dasar dan aplikasinya, PT. Raja Grafindo Persada, 2008, hlm 46
Tidak ada komentar:
Posting Komentar