Minggu, 04 Januari 2015

MANAJEMEN SDM INOVATIF DI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI Oleh Rina Juni Rianty


Pendahuluan
Pesatnya perkembangan teknologi informasi telah memunculkan berbagai kebutuhan baru.  Perubahan yang berjalan cepat dan sulit diramalkan menimbulkan lahirnya inovasi-inovasi untuk mengimbangi pergerakan tersebut. Perpustakaan sebagai penyedia  layanan jasa informasi berada pada posisi transisi antara perpustakaan tradisional dan perpustakaan digital/elektronik. Sebagaimana suatu  lembaga social yang diadakan untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat, maka perpustakaan terikat pada hukum supply and demand. Perpustakaan akan ditinggal penggunanya jika dianggap tidak dapat mengakomodir permintaan yang dibutuhkan.

Jika perpustakaan dikelola hanya sebatas memenuhi standar administrasi perpustakaan serta melengkapi suatu institusi pendidikan tanpa adanya budaya organisasi serta manajemen yang konstruktif dan inovatif, maka perpustakaan tidak akan bertahan dari gempuran informasi dan teknologi komunikasi. Artinya adaptasi pada budaya organisasi yang semakin maju dengan mempertimbangkan aspirasi seluruh komponen yang dimiliki mutlak diperlukan.

Kurangnya keterlibatan profesional informasi dalam system manajemen perpustakaan  adalah kenyataan bahwa system manajemen yang dibentuk  hampir selalu digerakkan oleh sebuah tim perencanaan strategis yang beranggotakan anggota-anggota senior, sementara pustakawan tidak dilibatkan karena kedudukan mereka dianggap tidak langsung behubungan dengan strategi organisasi. Ini adalah masalah yang banyak dihadapi oleh perpustakaan perguruan tinggi. Akibatnya adalah kurang sejalannya penentuan visi dan misi  terkait dengan manajemen pengelolaan yang inovatif di lapangan. 

Manajemen yang bisa menangani inovasi adalah manajemen yang punya inisiatif, bukan manajemen yang statis. Manajemen statis adalah manajemen yang lebih sering merespon dengan ‘tidak’  dan mencari aman  daripada membuat suatu pembaharuan inovatif dengan segala resiko kegagalannya. Manajemen inovatif adalah pilihan akhir untuk dapat bertahan bahkan memiliki peluang menjadi komandan perubahan memimpin para inovator.
Rumusan Masalah
Bagaimana menciptakan model perpustakaan berbasis manajemen SDM inovatif agar dapat menarik minat pemustaka?

Landasan Teori
Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan Unit Pelayanan Teknis (UPT) perguruan tinggi, yang bersama-sama dengan unit lain turut melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan cara memilih, menghimpun, mengolah, merawat serta melayani sumber informasi kepada lembaga induknya pada khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya. Tujuan dari perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai penyedia jasa jasa pelayanan informasi yang meliputi pengumpulan, pelestarian, pengolahan, pemanfaatan dan penyebaran informasi sehingga dapat dimanfaatkan pengguna, menyediakan fasilitas yang mendukung dalam memenuhi kebutuhan informasi civitas akademika, pemberian berbagai jasa informasi serta pengembangan mutu perguruan tinggi pada tempatnya bernaung.
Menurut Sulistyo-Basuki (1993 : 52) tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah:[1]
1.    Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi , lazimnya staf pengajar dan mahasiswa.
2.    Menyediakan bahan pustaka (referensi) pada semua tingkatan akademis.
3.    Menyediakan ruangan belajar bagi pemakai perpustakaan.
4.    Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pemakai.
5.    Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan perguruan tinggi juga.

Agar tujuannya dapat terlaksana, perpustakaan perguruan tinggi harus menjalankan fungsinya dengan baik.  Adapun   fungsi  perpustakaan  perguruan  tinggi  menurut  Direktorat  Jenderal Pendidikan Tinggi Adalah sebagai berikut:[2]
1.    Fungsi Edukasi Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
2.     Fungsi Informasi Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.
3.     Fungsi Riset Perpustakaan mempersembahkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi adalah menghasilkan karya-karya penelitian yang dapat di aplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.
4.    Fungsi Rekreasi, Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.
5.    Fungsi Publikasi Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga erguruan tingginya yakni sivitas akademika dan staf non-akademik.
6.    Fungsi Deposit Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.
7.    Fungsi Interpretasi Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya.

Untuk mencapai fungsi di atas  maka diperlukan system  manajemen. Manajemen adalah kebutuhan pokok sebagai salah satu syarat pendirian perpustakaan, karena minimal berfungsi sebagai perencana (planning), pengorganisaasian (organizing), pengawasan (controlling). Undang-undang Nomor 43 tahun 2007 pasal 15 ayat 3 menyebutkan: Pembentukan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 paling sedikit memenuhi syarat: Memiliki koleksi perpustakaan, Memiliki tenaga perpustakaan, Memiliki sarana dan prasarana perpustakaan, Memiliki sumber pendanaan; dan Memberitahukan keberadaannya ke perpustakaan nasional.

Perpustakaan sebagai lembaga non-profit yang berbasis layanan perlu menerapkan model manajemen yang dinamis dan inovatif. Jika perangkat dan system manajemen semakin modern tanpa didahului dengan modernisasi SDM yang menggerakan perangkat dan system yang sesuai dengan karakter budaya manusia dan teknologinya. Maka akan terjadi ketimpangan proses yang berakibat pada mundurnya system layanan dan sirkulasi.

Adanya perkembangan teknologi informasi (TI) membawa dampak tersendiri bagi perpustakaan. Perpustakaan perguruan tinggi saat ini secara tidak sadar telah mengembangkan sebuah konsep perpustakaan hybrid.
Pengertian perpustakaan Hybrid ini sendiri adalah seperti yang dikemukakan oleh Angelina Hutton dalam the Hybrid Library. [3]
“A hybrid library is a library where 'new' electronic information resources and 'traditional' hardcopy resources co-exist and are brought together in an integrated information service, accessed via electronic gateways available both on-site, like a traditional library, and remotely via the Internet or local computer networks.”  
Atau seperti yang disampaikan Stephen Pinfiel:[4]
“A hybrid library is not just a traditional library (only containing paper-based resources) or just a virtual library (only containing electronic resources), but somewhere between the two. It is a library which brings together a range of different information sources, printed and electronic, local and remote, in a seamless way.”

Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa yang dimaksud dengan perpustakaan “hybrid” adalah merupakan bentuk perpaduan antara perpustakaan tradisional dan perpustakaan digital/elektronik.

Perpustakaan perguruan tinggi ke depan pada intinya harus dapat menjawab tantangan perubahan paradigma informasi. Perpustakaan harus dapat memberikan ruang akses yang lebih baik kepada sumber dayanya, penggunanya, dan layanannya.

Oleh karenanya manajemen perpustakaan dituntut untuk lebih berorientasi pada inovasi layanan dan peningkatan kualitas layanan yang berbasis kepuasan pengunjung. Perubahan dan perbaikan secara terus menerus pada system manajemen SDM (Sumber Daya Manusia) perpustakaan menjadi kebutuhan mutlak untuk menghadapi problem manajemen perpustakaan yang semakin kompleks. [5]

Manajemen SDM  adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan,  dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktifitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Manajemen sumber daya manusia juga menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik. Manajemen sumber daya manusia melibatkan semua keputusan dan praktik manajemen yang memengaruhi secara langsung sumber daya manusianya[6]
Manajemen SDM adalah faktor sentral dalam suatu organisasi. Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Jadi, manusia merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan institusi/organisasi. Untuk mencapai visi, misi, dan tujuan tersebut tentu manusia tersebut harus mempunyai nilai kompetensi karakteristik yaitu:
1.   Motif (motive), apa yang secara konsisten dipikirkan atau keinginan-keinginan yang menyebabkan melakukan tindakan. Apa yang mendorong, perilaku yang mengarah dan dipilih terhadap kegiatan atau tujuan tertentu.
2.   Sifat/ciri bawaan (trait), ciri fisik dan reaksi-reaksi yang bersifat konsisten terhadap situasi atau informasi.
3.   Konsep diri (self concept), sikap, nilai dari orang-orang.
4. Pengetahuan (knowledge), yaitu suatu informasi yang dimiliki seseorang pada bidang yang spesifik. Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks. Biasanya tes pengetahuan mengukur kemampuan untuk memilih jawaban yang paling benar, tapi tidak bisa melihat apakah seseorang dapat melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya itu.
5. Keterampilan (skill), kemampuan untuk mampu melaksanakan tugas-tugas fisik dan mental tertentu.
Walaupun demikian agar peran sumber daya manusia tersebut dapat sinkron dengan visi, misi, tujuan dan harapan organisasi maka manusia sebagai selah satu sumber daya harus dapat melakukan penyesuaian terhadap perkembangan organisasi yang semakin kompetitive.

Untuk mencapai keunggulan kompetitif dari system manajemen adalah dengan menerapkan berbagai inovasi. Inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan.

Inovasi adalah suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. orang atau wirausahawan yang slalu berinovasi, maka ia sapat dikatakan sebagai seorang wirausahwan yang inovatif. seseorang yang inovatif akan selalu berupaya melakukan perbaikan, menyajikan sesuatu yang baru/unik yang berbeda dengan yang sudah ada.[7]

UU No. 18 tahun 2002 tentang system nasional penelitian,pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan pengertian Inovasi sebagai kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi.[8]

Beberapa ahli juga memberikan devinisi  inovasi sebagai berikut :
1.    Pengertian Inovasi menurut Everett M. Rogers
Mendefisisikan bahwa inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
2.    Pengertian Inovasi menurut Stephen Robbins
Mendefinisikan, inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa.
3.    Pengertian Inovasi menurut Van de Ven, Andrew H
Inovasi adalah pengembangan dan implementasi gagasan-gagasan baru oleh orang dimana dalam jangka waktu tertentu melakukan transaksi-transaksi dengan orang lain dalam suatu tatanan  organisasi.
4.    Pengertian Inovasi menurut Kuniyoshi Urabe
Inovasi bukan merupakan kegiatan satu kali pukul (one time phenomenon),melainkan suatu proses yang panjang dan kumulatif yang meliputi banyak proses pengambilan  keputusan  di dan oleh  organisasi dari mulai penemuan gagasan sampai implementasinya di pasar.

Sistem inovasi pada dasarnya merupakan sistem (suatu kesatuan) yang terdiri dari sehimpunan aktor, kelembagaan, jaringan, kemitraan, hubungan interaksi dan proses produktif yang memengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan praktik baik/terbaik) serta proses pembelajaran. Dengan demikian sistem inovasi sebenarnya mencakup basis ilmu pengetahuan dan teknologi (termasuk di dalamnya aktivitas pendidikan, aktivitas penelitian dan pengembangan, dan rekayasa), basis produksi (meliputi aktivitas-aktivitas nilai tambah bagi pemenuhan kebutuhan bisnis dan non bisnis serta masyarakat umum), dan pemanfaatan dan difusinya dalam masyarakat serta proses pembelajaran yang berkembang.
Terkait system inovasi, beberapa ahli memberikan pengertiannya masing-masing sebagai berikut :
1.    Freeman (1987): sistem inovasi adalah jaringan lembaga di sektor publik dan swasta yang interaksinya memprakarsai, mengimpor (mendatangkan), memodifikasi dan mendifusikan teknologi-teknologi baru (Freeman dalam Technology and Economic Performance: Lessons from Japan; Metcalfe dalam Stoneman P. (ed), “Handbook of the Economics of Innovation and Technological Change.” [9]
2.    Lundvall (1992): sistem inovasi merupakan elemen dan hubungan-hubungan yang berinteraksi dalam menghasilkan, mendifusikan dan menggunakan pengetahuan yang baru dan bermanfaat secara ekonomi . . . . suatu sistem nasional yang mencakup elemen-elemen dan hubungan-hubungan bertempat atau berakar di dalam suatu batas negara. Pada bagian lain ia juga menyampaikan bahwa sistem inovasi merupakan suatu sistem sosial di mana pembelajaran (learning), pencarian (searching), dan penggalian/eksplorasi (exploring) merupakan aktivitas sentral, yang melibatkan interaksi antara orang/masyarakat dan reproduksi dari pengetahuan individual ataupun kolektif melalui pengingatan (remembering).[10]
3.    Nelson dan Rosenberg (1993): Sistem inovasi merupakan sehimpunan aktor yang secara bersama memainkan peran penting dalam memengaruhi kinerja inovatif (innovative performance).[11]
4.    OECD (1999): sistem inovasi merupakan himpunan lembaga-lembaga pasar dan non-pasar di suatu negara yang memengaruhi arah dan kecepatan inovasi dan difusi teknologi.[12]
5.    Edquist (2001): Sistem inovasi merupakan keseluruhan faktor ekonomi, sosial, politik, organisasional dan faktor lainnya yang memengaruhi pengembangan, difusi dan penggunaan inovasi. Jadi, sistem inovasi pada dasarnya menyangkut determinan dari inovasi.[13]
Keseluruhan pendapat para ahli tersebut pada prinsipnya mengartikan system inovasi sebagai antitesa terhadap segala hal yang baru atau pembaharuan dalam system sosial.

Pembahasan
Inovasi sesungguhnya terletak pada manajemen, dan bukan pada unit kerja teknis. Sebuah organisasi, walau punya SDM berkualitas dan berkarakter inovatif, tapi bila core management-nya pasif, tidak akan pernah menelurkan inovasi lebih daripada sekedar omongan. Kepasifan adalah ketidakmampuan belajar, dan itu adalah pembunuh inovasi.

Perkembangan teknologi dan arus informasi yang pesat menjadi tantangan bagi dunia perpustakaan. Sebagai formula untuk menjawab tantangan tersebut adalah dengan melakukan inovasi yang mengadopsi dari system dunia usaha. Perbedaan secara tegas memang terletak pada tujuan pembentukannya. Institusi pada dunia usaha berlandaskan pada tujuan mencari profit berupa penumpukan kapital. Sedangkan perpustakaan adalah insitusi non profit dengan orientasi kepuasan pelayanan publik. Namun penggunaan cara dari institusi enterpreneuship berorientasi profit tetap dapat di adopsi. Telah menjadi fakta empirik bersama bahwa institusi berorientasi profit lebih sering memunculkan ide-ide segar dan baru. Lebih kreatif, inovatif dan visioner. Karena memang institusi tersebut dituntut oleh keadaan untuk survive. Jika mereka tidak inovatif dan tidak memiliki keunggulan kompetitif maka dapat dipastikan tidak membutuhkan waktu lama untuk hilang dari peredaran.

Organisasi profit menempatkan SDM sebagai senjata andalan bagi sistem manajemennya. SDM adalah Thing tank-nya. Pada institusi perpustakaan dengan model organisasi profit oriented, Sistem manajemennya haruslah berdasarkan pada paradigma manajemen inovatif. setiap komponen pengelolaan perpustakaan dan komunitas pustakawan ditempatkan sebagai asset berharga yang memerlukan optimalisasi dan distribusi potensi yang dimiliki, sehingga menjadi sekumpulan pasukan inovator dalam suatu sistem bernama perpustakaan.

Jika paradigma manajemen inovatif menjadi karakter dari sebuah organisasi maka suatu institusi seakan dipenuhi dengan budaya inovator, sehingga suasana kerja yang tercipta adalah tim kerja yang bergerak dengan cepat. Merespon setiap perubahan dan perkembangan dengan gagasan yang   menelurkan progress demi progress, tanpa membuang waktu untuk debat kusir dan kerumitan birokrasi.  Pada titik inilah manajemen mengambil perannya. Menjadi mediasi dan motivasi bagi jajaran inovator didalamnya.  Hanya manajemen yang inovatif yang mempunyai keberanian untuk memimpin para inovator.

Manajemen Sumber Daya Manusia adalah inti dari manajemen inovatif. Ada beberapa alasan mengapa perpustakaan perguruan tinggi sebagai lembaga non-profit yang berbasis layanan perlu menerapkan model manajemen inovatif.  Pertama, Perpustakaan adalah mata rantai keilmuan yang berada di jalur lintasan para  akademisi selaku agen perubahan sosial yang bersifat dinamis dan cepat beradaptasi dengan teknologi masa kini. Jika sistem manajemen dan SDM pengelolanya tidak terupdate dengan perkembangan maka akan terlihat sebagai ketimpangan sistem yang terlembaga. Kedua, asset perpustakaan yang sebenarnya adalah berupa SDM yang potensial dan masih segar sehingga memiliki peluang dan kesempatan luas untuk perubahan yang lebih revolusioner. Manajemen SDM inovatif menempatkan ide, gagasan dan kontribusi setiap orang menjadi istimewa, berharga dan penting sehingga kunci pokok dalam perubahan layanan perpustakaan adalah pemberian kesempatan secara luas kepada setiap elemen pengelola untuk menyumbangkan ide, saran dan kritik konstruktif untuk semua kemungkinan perbaikan layanan perpustakaan agar lebih maju, responsif dan dinamis. Ketiga, Perpustakaan merupakan institusi jasa yang berkaitan dengan kepuasan pengunjung dan emosi orang. Kecepatan dan ketepatan layanan petugas perpustakaan akan menjadi jaminan kepuasan pengunjung. Keempat, goal  manajemen perpustakaan lebih berorientasi pada inovasi layanan dan peningkatan kualitas layanan yang berbasis kepuasan pengunjung. Perubahan dan perbaikan secara terus menerus pada SDM perpustakaan baik pustakawan dan pengelola perpustakaan akan menjadi kebutuhan mutlak untuk menghadapi problem manajemen perpustakaan yang semakin kompleks.

Untuk menciptakan model perpustakaan berbasis manajemen SDM yang inovatif maka perlu diketahui beberapa kendala klasik yang terjadi di suatu perpustakaan, sebagai berikut :
1.       Suasana yang kurang nyaman.
2.       Desain ruangan, tata letak ruang dan furniture tidak menarik.
3.       kurangnya fasilitas pendukung
4.       Tidak tersedianya jaringan internet, jikapun tersedia kapasitasnya kecil dan lambat
5.       Informasi kurang up to date, kurang lengkap atau minimnya referensi alternative
6.       Minimnya sumber Informasi Alternatif berbasis Teknologi
7.       Pengelola yang kurang interaktif dan lambat
8.       Minimnya kegiatan
9.       Kurangnya publikasi terhadap keunggulan dan keistimewaan perpustakaan
10.   Kurangnya inovasi-inovasi cemerlang untuk membuat perpustakaan menjadi lebih inovatif
11.   Minimnya kerjasama dengan lembaga terkait.

Kendala-kendala klasik di atas selanjutnya di follow up melalui tahap-tahap sebegai berikut:[14]
1.       Tahapan pertama: Rumuskan kondisi inovatif seperti apa yang harus dicapai.
2.     Tahapan kedua: kemukakan kondisi yang diinginkan dalam rapat koordinasi, guna menampung aspirasi/ masukan mengenai faktor-faktor pen-dukung yang akan dapat memberikan kekuatan. untuk dapat dilaksanakan, sebagai-mana kondisi yang diharapkan.
3.  Tahap ketiga : tentukan tindakan apa saja yang sangat strategis, yang benar-benar dapat mendukung terwujudnya kondisi yang diinginkan.
4.     Tahap keempat: stakeholder (pihak- pihak yang berpengaruh dalam merealisasi pelaksanaan kegiatan).
5.     Tahap kelima: susun rancangan kegiatan untuk masing-masing strategi dan factor pendukung dalam bentuk matrik. dalam matrik (memuat unsur-unsur kegiatan yang akan dilakukan, sumber-sumber yang diperlukan (unsur -unsur manajemen: man, money, machine), serta pihak-pihak mana saja.
6.   Tahap keenam: apa yang tergambar dalam tahap kelima, dituangkan bentuk narasi dalam ”proposal rancangan penyusunan kebijakan”, bagian pertama berisikan kebijakan yang diinginkan (tujuan ideal)/ dilator belakangi gambaran kondisi sekarang); lanjut bagian kedua berisikan (faktor-faktor pendukung); ketiga strategi dari setiap faKtor pendukung; keempat pihak-pihak yang terkait dan peran masing-masing.

Melalui tahapan di atas maka dapat dipaparkan inovasi-inovasi dengan contoh antitesa semisal;
-    Penciptaan suasana nyaman
Penciptaan suasana nyaman tidak hanya sekedar penitikberatan terhadap  kebersihan seluruh fasilitas dan  ruangan (termasuk WC) karena hal itu sudah menjadi keharusan, tetapi inovasi kebijakan pengaturan arus pengunjung, kenyamanan aliran udara, aroma ruangan, alunan instrumental, penerangan, dan dekorasi penambahan aksen natural.
-    Desain ruangan, tata letak ruang dan furniture
Berbagai penelitian membuktikan bahwa bentuk ruangan, tata letak, model furniture sangat mempengaruhi kondisi internal manusia dalam proses transformasi  informasi
-          Pelaksanaan berbagai kegiatan
Penekanan pada sisi edukatif untuk menambah pengetahuan dan informasi seperti Bedah film, novel dan kumpulan cerpen, layanan internet 24 jam free hotspot, fasilitas televisi kabel berbasis satelit, ruang koleksi film-film berbasis edukatif, serta aneka hiburan multimedia bernilai edukatif.
-       Kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait
Menjalin kerja sama dengan penerbit, Koran lokal, hotel atau tempat wisata setempat untuk membuat format acara temu bareng, pameran buku, festival baca buku, lomba-lomba baca buku, baca puisi dan bulan sastra, pencanangan bulan-bulan tertentu sebagai tema perpustakaan seperti bulan sastra, bulan budaya dan bulan fiksi ilmiah dan penghargaan pengunjung setia award pada akhir tahun.

Semua program contoh di atas dimungkinkan  dapat dilaksanakan secara produktif dan profesional jika setiap komponen pengelola perpustakaan cerdas, kreatif dan jeli melihat peluang bisnis atau event yang dapat mengundang pengunjung atau masyarakat yang tertarik dengan acara-acara perpustakaan yang unik dan menarik minat mereka.

Penutup
Jika suatu kondisi yang diinginkan telah ditentukan dalam perumusan kebijaksanaan, kemungkinan dalam rapat koordinasi akan ditentukan beberapa faktor pendukung yang akan dapat memberikan dukungan atas terlaksananya kondisi ideal tersebut.

Perubahan tidak bisa di cegah. Dalam waktu ke depan perpustakaan akan melalukan transformasi sesuai perkembangan jaman. Keberadaan teknologi akan mendorong akses dan diseminasi konten. Akan terus terjadi perubahan yang sedemikian banyaknya sama halnya dengan perubahan yang telah terjadi dan ini akan berlangsung dengan cepat dan tanpa dapat diprediksi. Di abad ini dimana informasi yang melimpah ruah, maka strategi paling tepat bagi perpustakaan adalah melakukan inovasi untuk memahami perkembangan jaman.




[1] Sulistyo-Basuki. 1993. Penghantar Ilmu perpustakaan, Jakarta : Gramedia  Pustaka Utama, hlm. 52.
[2] Depdikbud. 2004. Perpustakaan Perguruan Tinggi: buku pedoman. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Universitas, hlm. 3.
[3] http://hylife.unn.ac.uk/toolkit/The_hybrid_library.html diakses 2 Januari 2014.
[4] http://www.ariadne.ac.uk/issue18/main/  diakses tanggal 2 Januari 2014

[6] Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, 2006, hlm. 5
[7]   Angga Kuswara, Pengertian Inovasi, http://prop-usaha.blogspot.com/2011/06/pengertian-inovasi.html
[8] imam wahyudi, Pengertian Inovasi menurut para ahli, http://infodantutorial.blogspot.com/2012/04/pengertiandefinisiarti-inovasi-menurut.html
[10] Lundvall (1992): sistem inovasi merupakan elemen dan hubungan-hubungan yang berinteraksi dalam menghasilkan, mendifusikan dan menggunakan pengetahuan yang baru dan bermanfaat secara ekonomi . . . . suatu sistem nasional yang mencakup elemen-elemen dan hubungan-hubungan bertempat atau berakar di dalam suatu batas negara. Pada bagian lain ia juga menyampaikan bahwa sistem inovasi merupakan suatu sistem sosial di mana pembelajaran (learning), pencarian (searching), dan penggalian/eksplorasi (exploring) merupakan aktivitas sentral, yang melibatkan interaksi antara orang/masyarakat dan reproduksi dari pengetahuan individual ataupun kolektif melalui pengingatan (remembering).
[11] Nelson, R., (ed). (1993). National Innovation Systems: A Comparative Analysis. New York (NY): Oxford University Press.
[12] OECD. (1999). Managing National Innovation Systems. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). 1999.
[14] THOHA, Miftah, Perilaku organisasi: konsep dasar dan aplikasinya, PT. Raja Grafindo Persada, 2008, hlm 46

Tidak ada komentar:

Posting Komentar